STUDI ANALISIS MAZMUR 22:4 DAN IMPLIKASINYA PADA SPIRITUALITAS KRISTEN

STUDI ANALISIS

MAZMUR 22:4

DAN

IMPLIKASINYA

PADA SPIRITUALITAS KRISTEN

 

Oleh:
Rony Obed Oktafiano Manongko

Vini Rantung

Olivia Lahose


STT Missio Dei Manado – Kelas Tafsir Puisi PL
rony.manongko@gmail.com
vinirantung@gmail.com
junior.bitung2021@gmail.com

 

 

Anda mungkin juga suka...

25 Komentar

  1. Olivia Lahose menulis:

    1). Permasalahan penelitian, secara teologis pernyataan “Allah bertakhta di atas puji-pujian umatNya” adalah pemahaman yang tidak tepat terhadap nilai terjemahan dan dimensi teologis dari teks mazmur 22 : 4. Hal ini disebabkan, keberadaan manusia secara fisik termasuk puji-pujian kepada Allah tidaklah kekal karena setelah manusia jatuh ke dalam dosa maka tidak ada kesempurnaan dalam diri manusia. Pernyataan puji-pujian umatNya seolah-olah sempurna sehingga layak untuk menjadi takhta Allah. Dengan demikian, permasalahan yang terjadi adalah kesalahpahaman makna dari teks mazmur 22:4.
    2). Metode yang digunakan adalah studi biblikal dengan pendekatan makro analisis (memahami keseluruhan teks) dan mikro analisis (memahami inti teks secara mendalam).
    3). Manfaat dari artikel tersebut adalah memperbaiki pemahaman yang kurang tepat tentang teks mazmur 22 : 4, memotivasi orang percaya untuk lebih menghormati kekudusan kemuliaanNya, serta dapat mengaplikasikan teks ini dalam kehidupan kristen masa kini.
    4). Penerapan teks ini dalam kehidupan kristen masa kini adalah dengan cara menyatakan puji-pujian kepada Tuhan dengan benar, memaknai puji-pujian dalam iman kepada Yesus Kristus, serta menggunakan kata-kata yang menghormati Tuhan.

  2. Olivia Lahose menulis:

    1). Permasalahan penelitian, secara teologis pernyataan “Allah bertakhta di atas puji-pujian umatNya” adalah pemahaman yang tidak tepat terhadap nilai terjemahan dan dimensi teologis dari teks mazmur 22:4. Hal ini disebabkan keberadaan manusia secara fisik, termasuk puji-pujian kepada Allah tidaklah kekal karena setelah manusia jatuh ke dalam dosa maka tidak ada kesempurnaan dalam diri manusia. Pernyataan puji-pujian umatNya seolah-olah sempurna sehingga layak untuk menjadi takhta Allah. Dengan demikian, permasalahan yang terjadi adalah kesalahpahaman makna dari teks mazmur 22:4.
    2). Metode yang digunakan adalah studi biblikal dengan pendekatan makro analisis (memahami keseluruhan teks) dan mikro analisis (memahami teks secara mendalam).
    3). Manfaat dari artikel ini adalah memperbaiki pemahaman yang kurang tepat tentang teks mazmur 22:4, memotivasi orang percaya untuk lebih menghormati kekudusan kemuliaanNya, serta dapat mengaplikasikan teks ini dalam kehidupan kristen masa kini.
    4). Penerapan teks tersebut dalam kehidupan kristen masa kini adalah dengan cara menyatakan puji-pujian kepada Tuhan dengan benar, memaknai puji-pujian dalam iman kepada Yesus Kristus, serta menggunakan kata-kata yang menghormati Tuhan.

  3. Vini Rantung menulis:

    Permasalahan utama dari penelitian ini adalah adanya ungkapan yang sering di pakai orang saat melayani yaitu “Allah bertahta di atas puji-pujian” Yang sebenarnya adalah ungkapan yang tidak Alkitabiah dan dapat membawa orng pada pemahaman yang keliru.

    Metode yg digunakan dalam penelitian ini yaitu metode yang berdimensi induktif berdasarkan aspek-aspek makro dan mikro analisis.

    Faedah yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa kita jadi mengetahui bahwa berdasarkan mazmur 22:4 ternyata ungkapan “Allah bertahta di atas puji-pujian” Memiliki makna bahwa Allah Bapa, Yesus Kristus Dan Roh Kudus ketiga pribadi inilah yang harus menjadi pusat dari setiap puji-pujian kita bukan berarti Allah memang duduk di atas puji-pujian kita karna itu pemahaman yg keliru. Dan melalui penelitian inilah kita harus semakin kritis degan ungkapan yang kedengarannya rohani tetapi belum tentu Alkitabiah.

    Secara pribadi yang dapat saya terapkan dalam hidup saya melalui makna teologis dari penelitian ini adalah ketika saya melayani saya tidak akan lagi menggunakan ungkapan “Allah bertahta di atas puji-pujian” Karna saya sdh tau itu ungkapan yang keliru, dan ketika melayani saya akan lebih memperhatikan ungkapan-ungkapan yang saya pakai agar tidak menjebak orang awam pada pemahaman yg tidak Alkitabiah.

  4. Helkha Eno Tindage menulis:

    1. Permasalahan dari penelitian ini yaitu, adanya pemahaman yang keliru tentang penggunaan ungkapan “Allah bertahta di atas pujian” dimana ungkapan ini sering kali digunakan saat dalam pelayanan tanpa mengetahui apa makna teologis yang sebenarnya dari ungkapan tersebut.
    2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis mikro & makro
    3. Artikel ini bermanfaat untuk memperbaiki dan membawa pola berpikir pembaca pada pemahaman yang benar tentang makna ungkapan “Allah bertahta di atas pujian”
    4. Melalui artikel ini saya selaku pembaca dapat belajar untuk menerapkannya dengan menyatakan pujian kepada Tuhan dengan benar terlebih memaknai pujian tersebut dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus

  5. Anisa Toli menulis:

    Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah ada ungkapan yang sering kita dengar atau pakai dalam berbagai persekutuan yaitu “Allah bertahta diatas puji-pujian” yang nyatanya ungkapan tersebut tidak alkitabiah, yang dapat membawa atau menyebabkan setiap pendengar memiliki pemahaman yang salah.
    Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yang berdimensi induktif berdasarkan aspek-aspek makro dan mikro analisis.
    Manfaat dari penulisan artikel ini adalah memperbaiki setiap pemahaman dari semua orang yang keliru tentang teks dalam Mazmur 22:4, untuk lebih mengenal dan lebih mengerti tentang arti pujian, kekudusan dan kemuliaan Allah. Serta dapat mempraktekan dan mengaplikasikan teks ini dalam kehidupan Kekristenan masa kini.
    Secara pribadi yang dapat saya terapkan adalah memberikan yang terbaik untuk Tuhan, puji-pujian yang di persembahkan kepada Tuhan haruslah dengan benar dan penuh ketulusan sebagai wujud dari iman kita kepada Yesus Kristus

  6. Delvani Kella menulis:

    1. permasalahan yang terlihat ada kekeliruan dalam penyebutan penyembahan yaitu ” Allah bertahta di atas pujian”. itu yang sering kali membuat keliru dalam pemahaman beberapa orang, sehingga memunculkan berbagai teori yang pada dasarnya itu bisa diselesaikan dengan melewati analisis teks seperti dalam artikel ini.

    metode yang digunakan disinipun sangat baik, dengan menganalisa dalam bentuk setiap kata, memungkinkan pembaca mengetahui dengan benar dan tepat untuk setiap kata demi kata dalam ayat tersebut. dan juga ini mudah di mengerti.

    Artikel ini dapat membuka pikiran bahkan pemahaman kita semua dengan melihat setiap eksegesis yang dilakukan, bahkan memungkinkan kita apalagi oran-orang yang sering melayani dalam ibadah, khususnya menjadi worship leader untuk lebih hati-hati dalam pengucapan kalimat.

    Saya secara pribadi dapat mengaplikasikan ini dalam pelayanan saya, bahkan saya dapat membagikan, ataupun mengajarkan ini kepada orang lain untuk kedepannya.

  7. Juvaldy Ngalo menulis:

    Permasalahan dalam penelitian ini menuju kepada pemahaman berfikir Semua manusia yang sebagian besar salah mengartikan makna dari kata “Allah bertahta diatas puji-pujian”, dan ini tidak semua manusia mendapatkan Makna Teologi secara Alkitabiah tentang penggunaan Kata ini.

    Penulis penelitian ini menggunakan metode study bliblikal melalui penelitian analisis Makro dan mikro dimana menggali makna secara keseluruhan dan makna secara teks / Spesifik.

    Faedah / Manfaat dalam penelitian ini adalah lebih mengetahui makna lebih dalam dari kata “Allah bertahta diatas puji-pujian” yaitu Allah Bapa, Anak, Rohkudus Yang menjadi pusat Tertujunya Puji-pujian yang disampaikan oleh manusia bukan allah-allah lain.
    Secara pribadi saya mendapatkan hal yang baik dan Alkitabiah melalui artikel ini, saya akan lebih memberikan hati sepenuhnya dalam bentuk puji-pujian yang benar-benar terarah, tertuju kepada Allah Bapa, Anak dan Rohkudus, melalui artikel ini sebagai manusia jangan menduakan puji-pujian kita kepada Allah, melainkan 100% benar-benar terarah kepada.

  8. Jesika Seran menulis:

    Permasalahan dari penelitian ini adalah ungkapan yang sering di pakai saat melayani yaitu “Allah bertahta di atas puji-pujian” Yang sebenarnya ini adalah ungkapan yang bukan Alkitabiah yang dapat membawa kepada pemahaman yang keliru.serta Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis mikro dan makro.Dalam Artikel ini bermanfaat untuk dapat memperbaiki pola berpikir pembaca dengan pemahaman yang benar tentang makna dari ungkapan yang diatas yaitu “Allah bertahta di atas pujian”Mazmur 22:4,serta juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan Kristen.Dalam artikel yang saya baca secara pribadi agar belajar untuk menyatakan puji-pujian kepada Tuhan Yesus Kristus dengan sungguh dan benar serta dapat memaknai pujian dalam iman kepada Tuhan dan sungguh-sungguh dengan ketulusan hati kita.

  9. Patrisia Namangge menulis:

    Yang menjadi permasalahan dari penelitian ini adalah ungkapan “Allah bertahta di atas puji-pujian” sering kali digunakan dalam konteks pelayanan atau persekutuan tanpa pemahaman teologis yang mendalam. Meskipun ungkapan ini populer, sebenarnya ungkapan tersebut tidak memiliki dasar Alkitabiah yang kuat dan dapat menimbulkan pemahaman yang keliru. Kesalahpahaman ini berasal dari penafsiran yang kurang tepat terhadap Mazmur 22:4, yang tidak secara langsung mendukung gagasan bahwa puji-pujian manusia menjadi takhta Allah.

    Artikel ini sangat bermanfaat bagi pembaca agar dapat merubah pola pikir pada pemahaman yang benar tentang makna dari “Allah Bertahta di atas puji-pujian”, dan agar supaya lebih berhati-hati lagi untuk menggunakan kata-kata dalam pelayanan.

  10. Novita Ongkay menulis:

    Masalah utama dalam penelitian ini adalah adanya ungkapan yang sering digunakan dalam pelayanan, yaitu “Allah bertahta di atas puji-pujian.” Meskipun populer atau sering di gunakan oleh Song leader, ungkapan ini sebenarnya tidak mengandung Alkitabiah dan menyebabkan pemahaman yang tidak tepat.
    Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi biblikal berdasarkan aspek makro dan mikro analisis.
    Melalui artikel ini saya dapat belajar untuk menerapkannya dengan menyatakan pujian kepada Tuhan dengan benar terlebih memaknai pujian tersebut dalam iman kepada Tuhan Yesus.

  11. Viktoria Polii menulis:

    Permasalahan dalam pernyataan “Allah bertakhta di atas puji-pujian umatNya” adalah pemahaman yang tidak tepat terhadap nilai terjemahan dan dimensi teologis dari teks mazmur 22:4.
    Hal ini disebabkan keberadaan manusia secara fisik, termasuk puji-pujian kepada Allah tidaklah kekal karena setelah manusia jatuh ke dalam dosa maka tidak ada kesempurnaan dalam diri manusia.
    sempurna sehingga layak untuk menjadi takhta Allah. Dengan demikian, permasalahan yang terjadi adalah kesalahpahaman makna dari teks mazmur 22:4.
    Metode yang digunakan dalam penelitian ini Ialah analisis mikro & makro
    Artikel ini bermanfaat memperbaiki dan membawa pola pikir pada pemahaman yang benar tentang makna ungkapan “Allah bertahta di atas pujian”
    Makna puji pujian dalam iman kepada Yesus Kristus, serta menggunakan kata-kata yang menghormati Tuhan.

  12. Permasalahan dalam pernyataan “Allah bertakhta di atas puji-pujian umatNya” adalah pemahaman yang tidak tepat terhadap nilai terjemahan dan dimensi teologis dari teks mazmur 22:4.
    Hal ini disebabkan keberadaan manusia secara fisik, termasuk puji-pujian kepada Allah tidaklah kekal karena setelah manusia jatuh ke dalam dosa maka tidak ada kesempurnaan dalam diri manusia.
    sempurna sehingga layak untuk menjadi takhta Allah. Dengan demikian, permasalahan yang terjadi adalah kesalahpahaman makna dari teks mazmur 22:4.
    Metode yang digunakan dalam penelitian ini Ialah analisis mikro & makro
    Artikel ini bermanfaat memperbaiki dan membawa pola pikir pada pemahaman yang benar tentang makna ungkapan “Allah bertahta di atas pujian”
    Makna puji pujian dalam iman kepada Yesus Kristus, serta menggunakan kata-kata yang menghormati Tuhan.

  13. Christianiti Tiow menulis:

    1. Ada permasalahan yang saya dapatkan dalam penyebutan “Allah bertahta di atas pujian” yang seringkali digunakan oleh para pelayan khususnya mereka yang sering menjadi worship leader.
    2. Metode yang digunakan dalam Artikel ini sangat efektif, mudah dimengerti, dengan perpaduan dalam berbagai metode eksegesis sehingga makna dalam ayat tersebut bisa tersampaikan dengan baik.
    3. Sangat bermanfaat bagi kami dalam menjalankan studi, saya lebih berfokus pada metode penelitiannya yang sangat berfaedah bagi para orang-orang yang mencari kebenaran sebuah ayat.
    4. Ini bisa diterapkan dalam studi terutama bagi mahasiswa yang sedang studi teologi, metode ini sangat efektif bagi saya secara pribadiuntuk dimengerti, saya harap ada penelitian-penelitian yang bisa membantu banyak orang.

  14. Jesika Seran menulis:

    Permasalahan dari penelitian ini adalah ungkapan yang sering di pakai saat melayani yaitu “Allah bertahta di atas puji-pujian” Yang sebenarnya ini adalah ungkapan yang bukan Alkitabiah yang dapat membawa kepada pemahaman yang keliru.serta Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis mikro dan makro.Dalam Artikel ini bermanfaat untuk dapat memperbaiki pola berpikir pembaca dengan pemahaman yang benar tentang makna dari ungkapan yang diatas yaitu “Allah bertahta di atas pujian”Mazmur 22:4,serta juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan Kristen.Dalam artikel yang saya baca secara pribadi agar belajar untuk menyatakan puji-pujian kepada Tuhan Yesus Kristus dengan sungguh dan benar serta dapat memaknai pujian dalam iman kepada Tuhan dan sungguh-sungguh dengan ketulusan hati kita.

  15. Novita Ongkay menulis:

    Yang menjadi permasalahan dari penelitian ini yaitu pemahaman yang keliru tentang penggunaan ungkapan “Allah bertahta di atas pujian” dimana ungkapan ini sering kali digunakan saat dalam pelayanan oleh pemimpin pujian tanpa mengetahui apa makna teologis yang sebenarnya dari ungkapan tersebut.
    2. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini ialah studi biblikal berdasarkan aspek-aspek makro dan mikro analisis.
    3. Artikel ini sangat bermanfaat untuk memperbaiki cara kita ketika menaikan pujian kepada Tuhan dan juga memberikan pemahaman yang benar tentang makna ungkapan “Allah bertahta di atas pujian”.
    4. Melalui artikel ini Saya secara pribadi dapat menerapkan ini dalam pelayanan bahkan memaknai setiap pujian yang benar kepada Tuhan .

  16. Patrisia Namangge menulis:

    Yang menjadi permasalahan dari penelitian ini adalah pemahaman tentang “Allah bertahta di atas puji-pujian” sering kali digunakan dalam konteks pelayanan atau persekutuan tanpa pemahaman teologis yang mendalam. Meskipun ungkapan ini populer, sebenarnya ungkapan tersebut tidak memiliki dasar Alkitabiah yang kuat dan dapat menimbulkan pemahaman yang keliru. Kesalahpahaman ini berasal dari penafsiran yang kurang tepat terhadap Mazmur 22:4, yang tidak secara langsung mendukung gagasan bahwa puji-pujian manusia menjadi takhta Allah.

    Artikel ini sangat bermanfaat bagi pembaca agar dapat merubah pola pikir pada pemahaman yang benar tentang makna dari “Allah Bertahta di atas puji-pujian”, dan agar supaya lebih berhati-hati lagi untuk menggunakan kata-kata dalam pelayanan.

  17. Mishell. Ottay menulis:

    * Yang menjadi permasalahan dari penelitian ini adalah pemahaman tentang “Allah bertahta di atas puji-pujian” yang sering kali digunakan dalam konteks pelayanan atau persekutuan tanpa adanya pemahaman teologis yang mendalam.Ungkapan itu tidak memiliki dasar Alkitabia yang cukup kuat sehingga dapat menimbulkan pemahaman-pemahaman yang keliru.Kesalahpahaman ini terdapat pada penafsiran yang kurang tepat terhadap kitab ini .
    * Metode yang di gunakan dalam penelitian ini ialah studi biblikal berdasarkan aspek-aspek makro dan mikro analisis.

  18. Ival di Kumesan menulis:

    1. Permasalahan Penelitian:
    Penelitian ini berfokus pada kesalahpahaman umum mengenai makna Mazmur 22:4, khususnya dalam konteks ibadah kebangunan rohani. Banyak orang memahami ayat ini secara literal, yakni bahwa Allah secara fisik “duduk” di atas puji-pujian umat-Nya. Pemahaman yang demikian dianggap bermasalah secara teologis karena dapat menyiratkan bahwa pujian manusia memiliki kekuatan untuk “menempatkan” Allah, seolah-olah Allah bergantung pada pujian manusia.
    2. Metode Penelitian:
    Penelitian ini menggunakan pendekatan yang bersifat multidisiplin. Pertama, dilakukan studi teks terhadap Mazmur 22:4 untuk memahami konteks sejarah dan budaya saat ayat itu ditulis. Kedua, dilakukan analisis teologis untuk mengevaluasi implikasi dari berbagai pemahaman terhadap ayat tersebut. Ketiga, dilakukan tinjauan literatur terhadap karya-karya teolog lain yang membahas ayat yang sama. Terakhir, dilakukan observasi terhadap praktik ibadah kebangunan rohani untuk melihat bagaimana ayat ini sering dikutip dan dipahami dalam konteks tersebut.
    3. Manfaat Penelitian:
    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam memahami Alkitab secara lebih akurat dan mendalam. Dengan memahami makna yang benar dari Mazmur 22:4, kita dapat menghindari kesalahpahaman teologis yang dapat mengarah pada praktik ibadah yang tidak sesuai dengan ajaran Alkitab. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan panduan bagi para pemimpin ibadah dan umat Tuhan dalam memahami dan menerapkan ayat ini dalam kehidupan sehari-hari.
    4. Implikasi Pribadi:
    Hasil penelitian ini mendorong kita untuk lebih kritis dan hati-hati dalam menginterpretasi ayat-ayat Alkitab. Kita perlu mempelajari konteks sejarah dan budaya di mana ayat tersebut ditulis, serta merujuk pada sumber-sumber yang terpercaya untuk memahami maknanya. Selain itu, kita juga perlu berdiskusi dengan sesama orang percaya untuk saling memperkaya pemahaman kita tentang Alkitab. Dengan demikian, kita dapat mengembangkan iman yang semakin dewasa dan bertumbuh dalam hubungan yang lebih intim dengan Allah.

  19. Ivaldi Kumesan menulis:

    Permasalahan Penelitian ini berfokus pada kesalahpahaman umum mengenai makna Mazmur 22:4, khususnya dalam konteks ibadah kebangunan rohani. Banyak orang memahami ayat ini secara literal, yakni bahwa Allah secara fisik “duduk” di atas puji-pujian umat-Nya. Pemahaman yang demikian dianggap bermasalah secara teologis karena dapat menyiratkan bahwa pujian manusia memiliki kekuatan untuk “menempatkan” Allah, seolah-olah Allah bergantung pada pujian manusia.

    Dan Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan yang bersifat multidisiplin. Pertama, dilakukan studi teks terhadap Mazmur 22:4 untuk memahami konteks sejarah dan budaya saat ayat itu ditulis. Kedua, dilakukan analisis teologis untuk mengevaluasi implikasi dari berbagai pemahaman terhadap ayat tersebut. Ketiga, dilakukan tinjauan literatur terhadap karya-karya teolog lain yang membahas ayat yang sama. Terakhir, dilakukan observasi terhadap praktik ibadah kebangunan rohani untuk melihat bagaimana ayat ini sering dikutip dan dipahami dalam konteks tersebut.

    Tentu Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam memahami Alkitab secara lebih akurat dan mendalam. Dengan memahami makna yang benar dari Mazmur 22:4, kita dapat menghindari kesalahpahaman teologis yang dapat mengarah pada praktik ibadah yang tidak sesuai dengan ajaran Alkitab. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan panduan bagi para pemimpin ibadah dan umat Tuhan dalam memahami dan menerapkan ayat ini dalam kehidupan sehari-hari.
    Implikasi penelitian ini mendorong untuk lebih kritis dan hati-hati dalam menginterpretasi ayat-ayat Alkitab. Kita perlu mempelajari konteks sejarah dan budaya di mana ayat tersebut ditulis, serta merujuk pada sumber-sumber yang terpercaya untuk memahami maknanya. Selain itu, juga perlu berdiskusi dengan sesama orang percaya untuk saling memperkaya pemahaman kita tentang Alkitab. Dengan demikian, dapat mengembangkan iman yang semakin dewasa dan bertumbuh dalam hubungan yang lebih intim dengan Allah.

  20. Aprilia Sumilat menulis:

    1. Ada permasalahan yang saya dapatkan adalah ungkapan yang sering di pakai saat melayani yaitu “Allah bertahta di atas puji-pujian” Yang sebenarnya ini adalah ungkapan yang bukan Alkitabiah yang dapat membawa kepada pemahaman yang keliru.
    2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis mikro dan makro.
    3. Artikel ini bermanfaat bagi kami terlebih khusus saya secara pribadi untuk dapat memperbaiki pola berpikir pembaca dengan pemahaman yang benar tentang makna dari ungkapan yang diatas yaitu “Allah bertahta di atas pujian”Mazmur 22:4,serta juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan Kristen.

  21. Aprilia Sumilat menulis:

    1. Permasalahan dari penelitian ini yaitu, adanya pemahaman yang keliru tentang penggunaan ungkapan “Allah bertahta di atas pujian” dimana ungkapan ini sering kali digunakan saat dalam pelayanan tanpa mengetahui apa makna teologis yang sebenarnya dari ungkapan tersebut.
    2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis mikro & makro
    3. Artikel ini bermanfaat untuk memperbaiki dan membawa pola berpikir pembaca pada pemahaman yang benar tentang makna ungkapan “Allah bertahta di atas pujian”.
    4. Melalui artikel ini saya selaku pembaca dapat belajar untuk menerapkannya dengan menyatakan pujian kepada Tuhan dengan benar terlebih memaknai pujian tersebut dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus.

  22. Aprilia Sumilat menulis:

    1. Permasalahan dari penelitian ini yaitu, adanya pemahaman yang keliru tentang penggunaan ungkapan “Allah bertahta di atas pujian” dimana ungkapan ini sering kali digunakan saat dalam pelayanan tanpa mengetahui apa makna teologis yang sebenarnya dari ungkapan tersebut.
    2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis mikro & makro
    3. Artikel ini bermanfaat untuk memperbaiki dan membawa pola berpikir pembaca pada pemahaman yang benar tentang makna ungkapan “Allah bertahta di atas pujian”
    4. Melalui artikel ini saya selaku pembaca dapat belajar untuk menerapkannya dengan menyatakan pujian kepada Tuhan dengan benar terlebih memaknai pujian tersebut dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus

  23. Aprilia Sumilat menulis:

    1. Permasalahan dari penelitian ini menggunakan yaitu, adanya pemahaman yang keliru tentang penggunaan ungkapan “Allah bertahta di atas pujian” dimana ungkapan ini sering kali digunakan saat dalam pelayanan tanpa mengetahui apa makna teologis yang sebenarnya dari ungkapan tersebut.
    2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis mikro & makro
    3. Artikel ini bermanfaat untuk memperbaiki dan membawa pola berpikir pembaca pada pemahaman yang benar tentang makna ungkapan “Allah bertahta di atas pujian”
    4. Melalui artikel ini saya selaku pembaca dapat belajar untuk menerapkannya dengan menyatakan pujian kepada Tuhan dengan benar terlebih memaknai pujian tersebut dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus

  24. meyske Dagonala menulis:

    1.Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah adanya kesalahpahaman dalam memahami dan menerapkan Mazmur 22:4 dalam konteks ibadah kebangunan rohani. Banyak yang memahami secara literal bahwa Allah secara fisik “bertakhta” di atas puji-pujian umat-Nya, tanpa mempertimbangkan konteks teologis yang lebih luas.
    2.Penelitian ini menggunakan pendekatan studi tekstual yang cukup komprehensif. Peneliti menganalisis Mazmur 22:4 dari berbagai aspek, mulai dari struktur puisi, terjemahan, analisis leksikal, morfologi, hingga konteks teologis yang lebih luas. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk menggali makna yang lebih mendalam dari ayat tersebut dan menghindari interpretasi yang terlalu literal.
    3. Artikel ini memberikan pemahaman yang lebih akurat mengenai maka Penelitian ini menekankan pentingnya memahami konteks teologis dalam menafsirkan ayat Alkitab.Artikel ini memberikan panduan praktis dalam menerapkan pemahaman yang benar tentang Mazmur 22:4 dalam kehidupan beriman.
    4. Secara pribadi, saya akan lebih berhati-hati dalam menafsirkan ayat-ayat Alkitab, terutama yang berkaitan dengan ibadah dan pengalaman rohani. Saya akan berusaha memahami konteks yang lebih luas dan tidak terpaku pada satu pemahaman literal saja. Selain itu, saya juga akan lebih kritis dalam menyikapi berbagai pengajaran yang berkaitan dengan ayat ini.
    Artikel ini memiliki kekuatan dalam analisis tekstual yang mendalam. Namun, mungkin bisa diperkaya dengan analisis konteks sejarah dan budaya Israel pada masa penulisan Mazmur tersebut.Untuk meningkatkan kualitas artikel, disarankan untuk menambahkan diagram atau grafik yang dapat memperjelas analisis tekstual.
    Secara keseluruhan, artikel ini merupakan sebuah upaya yang baik untuk memahami makna yang lebih mendalam dari Mazmur 22:4. Penelitian ini memberikan kontribusi yang signifikan dalam memperkaya pemahaman kita tentang Alkitab.

  25. Mey Dagonala menulis:

    1.Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah adanya kesalahpahaman dalam memahami dan menerapkan Mazmur 22:4 dalam konteks ibadah kebangunan rohani. Banyak yang memahami secara literal bahwa Allah secara fisik “bertakhta” di atas puji-pujian umat-Nya, tanpa mempertimbangkan konteks teologis yang lebih luas.
    2.Penelitian ini menggunakan pendekatan studi tekstual yang cukup komprehensif. Peneliti menganalisis Mazmur 22:4 dari berbagai aspek, mulai dari struktur puisi, terjemahan, analisis leksikal, morfologi, hingga konteks teologis yang lebih luas. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk menggali makna yang lebih mendalam dari ayat tersebut dan menghindari interpretasi yang terlalu literal.
    3. Artikel ini memberikan pemahaman yang lebih akurat mengenai maka Penelitian ini menekankan pentingnya memahami konteks teologis dalam menafsirkan ayat Alkitab.Artikel ini memberikan panduan praktis dalam menerapkan pemahaman yang benar tentang Mazmur 22:4 dalam kehidupan beriman.
    4. Secara pribadi, saya akan lebih berhati-hati dalam menafsirkan ayat-ayat Alkitab, terutama yang berkaitan dengan ibadah dan pengalaman rohani. Saya akan berusaha memahami konteks yang lebih luas dan tidak terpaku pada satu pemahaman literal saja. Selain itu, saya juga akan lebih kritis dalam menyikapi berbagai pengajaran yang berkaitan dengan ayat ini.
    Artikel ini memiliki kekuatan dalam analisis tekstual yang mendalam. Namun, mungkin bisa diperkaya dengan analisis konteks sejarah dan budaya Israel pada masa penulisan Mazmur tersebut.Untuk meningkatkan kualitas artikel, disarankan untuk menambahkan diagram atau grafik yang dapat memperjelas analisis tekstual.
    Secara keseluruhan, artikel ini merupakan sebuah upaya yang baik untuk memahami makna yang lebih mendalam dari Mazmur 22:4. Penelitian ini memberikan kontribusi yang signifikan dalam memperkaya pemahaman kita tentang Alkitab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *