MANAKAH YANG TEPAT: PENCURAHAN, KETUANGAN ATAU TURUNNYA ROH KUDUS?
Oleh: Rony Obed Oktafiano Manongko, Th.M
STT Missio Dei Manado

Pentakosta merupakan momentum istimewa yang didokumentasikan dalam Kisah Para Rasul 2. Dalam momentum tersebut, pribadi Roh Kudus menjadi bagian yang kuat dalam diri orang percaya. Menjadi sesuatu yang cukup “mengganggu” adalah pernyataan-pernyataan yang dituturkan berkaitan momentum tersebut. Ketika diajukan pertanyaan: “Apa yang diperingati dalam momentum Pentakosta?”
Maka jawaban yang diberikan terdiri dari tiga pernyataan. Pertama, Pentakosta adalah peringatan “Pencurahan Roh Kudus.” Kedua, Pentakosta adalah peringatan “Ketuangan Roh Kudus.” Ketiga, Pentakosta adalah peringatan “Turunnya Roh Kudus.” Secara sekilas, ketiga pernyataan tersebut tidak terdapat masalah. Namun jika kita telaah lebih mendalam, penggunaan masing-masing istilah memiliki implikasi yang cukup serius.
Jika kita membaca dalam Kisah Para Rasul 2:2 menyatakan: “Tiba-tiba turunlah dari langit…” dan konteks teks pada ayat 4 menunjukkan: “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus….” Berdasarkan data teks tersebut, maka saya berpendapat bahwa; peristiwa Pentakosta adalah peristiwa di mana turunnya pribadi Roh Kudus memenuhi para rasul. Namun mungkin ada kendala pemahaman ketika membaca Kisah Para Rasul 2:17, 18 dalam terjemahan bahasa Indonesia yang menyatakan: “Aku akan mencurahkan Roh-Ku” dan “Kucurahkan Roh-Ku.” Dalam pemahaman saya, terjemahan bahasa Indonesia tersebut kurang lengkap. Teks bahasa Yunani menggunakan kalimat “ἐκχεῶ ἀπὸ τοῦ Πνεύματός” (baca: ekcheō apo tou Pneumatos) yang dalam terjemahan secara langsung adalah: “Aku akan mencurahkan dari RohKu.” Dalam Alkitab Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia, frase tersebut diterjemahkan dengan: “Aku akan mencurahkan (Sebagian kuasa) dari RohKu.” Kisah Para Rasul 2:17-18 merupakan kutipan langsung dari Yoel 2:28-29 dalam terjemahan Septuaginta (LXX: Alkitab PL berbahasa Yunani) yang disusun pada abad ke 3 sebelum masehi, juga merujuk pada terjemahan yang sama. Sehingga disimpulkan; perspektif Kisah Para Rasul memandang Pentakosta sebagai peristiwa turunnya Roh Kudus, yang ditandai dengan dicurahkannya kuasa dari Roh Kudus kepada orang percaya untuk bernubuat, atau memberitakan “perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah” (2:11 band. 2:17-18).
Berdasarkan uraian di atas, maka secara pribadi memahami bahwa momentum Pentakosta adalah:
- Peristiwa turunnya pribadi Allah Roh Kudus, bukan pencurahan, terlebih ketuangan. Menurut hemat saya, penggunaan istilah “pencurahan” maupun “ketuangan,” mengimplikasikan “turunnya” value (nilai) pribadi Roh Kudus yang adalah pribadi Tritunggal Mahakusa (Mat. 28:19). Mengingat, istilah “pencurahan” maupun “ketuangan” dalam kerangka berpikir bahasa Indonesia hanya dapat digunakan untuk benda seperti: “air, minyak, dll.” Tidak bisa digunakan untuk pribadi manusia, terlebih pribadi Allah Roh Kudus.
- Dalam konteks Kisah Para Rasul 2:17-18 yang selaras dengan Yoel 2:28-29 terjemahan Septuaginta, pencurahan yang dimaksudkan adalah “sebagian kuasa dari Roh Kudus” untuk kepentingan kesaksian tentang kemuliaan Allah.
Kembali pada pertanyaan awal: “Apa yang diperingati dalam momentum Pentakosta?” Maka saya pribadi akan menjawab: “Peristiwa turunnya Roh Kudus untuk memenuhi orang percaya” dan “Mencurahkan sebagian kuasaNya untuk memperlengkapi orang percaya.” Kiranya Allah Roh Kudus yang adalah Tritunggal Mahakuasa, melimpahkan karuniaNya bagi kita.
Referensi:
- Albert Tambunan, “Septuaginta” dalam Program Layanan Digital Lembaga Alkitab Indonesia. Lembaga Alkitab Indonesia.https://www.alkitab.or.id/layanan/berita-detail/septuaginta
- Henry Barclay Swete. “Joel 2:28, 29” dalam Swete’s Septuagint. Biblehub. https://biblehub.com/sepd/joel/2.htm
- Hasan Sutanto. Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru. Jil. 1 (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2014), 628-629.
- Joseph Henry Thayer. “ἀπό” dalam Thayer’s Greek Lexicon. Biblehub. https://biblehub.com/greek/575.htm
Dalam penulisan dan isi yang dibahas ini, memang sering kali manusia secara cepat mengambil keputusan dan pemikiran yang tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya, tetapi melalui jawaban-jawaban dan arahan dari isi pembahasan ini membuat pemahaman baru bagi saya bahkan seluruh manusia bahwa Roh Kudus turun, istilah ini dapat mudah dimengerti oleh semua orang. Pemahaman baru saya setelah membaca ini, bahwa Benar Melalui penelitian lebih dalam dengan kritisi-kritisi bahwa turunnya RohKudus itu datang untuk memenuhi Pribadi yang percaya Kepada Yesus, Bukan dicurahkan atau dituangkan karena banyak kesalahpahaman Setiap orang. Terima Kasih Mner Gbl. Rony.O.O Manongko Th.M🙏🏻
Terima kasih untuk tanggapannya
menurut saya juga pada Kis.2:2 sedikit kekeliruan yang saya temukan jika menggunakan kata turunlah karna yang saya dapatkan ketika saya menerjemahkan sendiri ayatnya yang kedua saya mendapatkan teks “Dan terdengarlah bunyi dari langit(surga) seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, dimana mereka duduk”
saya juga setuju dengan pemahaman bapak pada ayat nya yang ke 17 dan 18, karna LAI tidak menerjemahkan menggunakan kata “dari”, padahal pada kata του πνεύματός (Tou Pneumatos) disitu menggunakan article dari Tanda kepemilikan yaitu Maskulin Genitif Tunggal(KSTMAkTD2) yaa walaupun memang pada kata bendanya πνεύματός menunjukkan bukan akhiran dari kata benda Genitif yaitu akhiran του tetapi menurut saya ada baiknya LAI menambahkan kata “Dari Roh-Ku” agar tidak terjadi kesalahpahaman ketika membacanya, karna jika tidak menggunakan kata “dari” maka orang-orang yang membaca ayat ini akan mengeluarkan statement hari Pentakosta adalah hari pencurahan Roh Kudus, padahal Roh Kudus menurut pemahaman saya itu tidak bisa tercurahkan karna Roh Kudus berwujud Pribadi.
terimakasih bapak Gembala Rony Obed Oktafiano Manongko Th.M ini sangat-sangat membantu😇🙏🏻
Terima kasih untuk perspektif kritis yang baik. Berdasarkan uraian anda tentang Kisah Para Rasul 2:2, dalam posisi mana anda memahami peristiwa “Pentakosta?” “Curah, Tuang atau Turun?”
Dengan melihat konteks aslinya dalam kis. 2:2, maka saya berpendapat bahwa Lebih baik menggunakan kata “Turun” , karna tidak etis jika mengatakan Roh Kudus itu dicurahkan, karna Roh Kudus adalah suatu pribadi bukan Zat. dan pada ayat 17 saya memahami bahwa yang dikatakan dicurahkan disitu adalah sebagian kuasa dari Roh Kudus.
Artikel ini sangat membantu pembaca dalam menyelesaikan dilema yang ada antara pencurahan, ketuangan, dan turunannya Roh Kudus. Yang dimana, artikel ini menekankan pentingnya memahami peristiwa Pentakosta secara teologis dan tekstual dengan tepat, agar tidak mengurangi esensi dan makna dari peristiwa tersebut. Melalui artikel Ini juga pembaca dapat meningkatkan pemikiran yang lebih kritis dalam memahami teks Kitab Suci dan terjemahannya.
Sebagaimana kajian dari teks Kisah Para Rasul 2 yang menguatkan serta mendukung pemahaman akan peristiwa turunnya Roh Kudus…
Maka dari itu, Menyampaikan terima kasih kepada Gbl. Rony Manongko, Th. M yang telah membuka wawasan kami selaku pembaca, serta membantu kami memahami makna dari peristiwa turunnya Roh Kudus 🙏🙏