Natal dalam Perspektif Sejarah Keselamatan
Oleh : Jusak F. Tumober
Natal bukan hanya sebuah perayaan tahunan, tetapi juga bagian tak terpisahkan dari rencana keselamatan Allah yang telah dirancang sejak penciptaan. Dalam Galatia 4:4, kita diajarkan bahwa “setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya.” Kelahiran Kristus di palungan Betlehem adalah bagian dari skenario besar dalam sejarah umat manusia. Namun, sering kali kita terjebak dalam kemeriahan permukaan, sehingga kehilangan makna mendalam dari kisah Natal. Sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Allah telah menyalakan seberkas harapan. Salah satu janji pertama terdapat dalam Kejadian 3:15, di mana Allah menjanjikan bahwa keturunan perempuan akan meremukkan kepala ular, yang menggambarkan kemenangan Kristus atas Iblis. Dari janji di Taman Eden, Allah memilih Abraham untuk menjadi bagian dari rencana-Nya. Dalam Kejadian 12:3, Allah berjanji bahwa melalui Abraham, semua kaum akan mendapat berkat. Dari keturunan Abraham, muncul Ishak, Yakub, dan akhirnya suku Yehuda, di mana Kristus akan lahir. Para nabi seperti Yesaya (Yesaya 7:14) dan Mikha (Mikha 5:2) menubuatkan kedatangan Mesias, yang memperkuat harapan umat Allah.
Frasa “genap waktunya” menandakan saat yang telah direncanakan Allah. Kondisi dunia saat itu, seperti Pax Romana dan perkembangan bahasa, menciptakan situasi ideal untuk penyebaran Injil. Kristus lahir di bawah hukum Taurat, bukan untuk mengekang, tetapi untuk mempersiapkan dan membebaskan umat manusia dari kutuk hukum (Galatia 3:13). Penting untuk dicatat bahwa “genap waktunya” juga mencerminkan pemenuhan waktu yang tepat dalam sejarah keselamatan. Dalam konteks ini, banyak teolog berpendapat bahwa Allah memiliki rencana yang sempurna dan terencana dengan baik, yang terlihat dalam cara Dia mempersiapkan dunia untuk kedatangan Kristus. Seperti yang dinyatakan oleh N.T. Wright, kelahiran Yesus adalah momen di mana sejarah keselamatan Allah memasuki fase baru, di mana Yesus menjadi pusat dari rencana keselamatan.
Injil Matius memulai dengan silsilah Yesus, menunjukkan bagaimana setiap janji Allah tergenapi (Matius 1:1-17). Yesus, yang lahir dari Maria (Matius 1:18-25), adalah penggenapan janji-janji Perjanjian Lama. Kelahiran Kristus bukan hanya peristiwa di masa lalu, tetapi juga penggenapan seluruh rencana Allah. Di kayu salib, saat Yesus berseru “Sudah selesai!” (Yohanes 19:30), itu menandakan penggenapan rencana keselamatan yang telah dimulai sejak Taman Eden.
N.T. Wright, seorang teolog dan mantan Uskup Durham, menekankan bahwa Natal adalah pengumuman bahwa Allah telah mengambil tindakan untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam pandangannya, kelahiran Yesus adalah momen di mana sejarah keselamatan Allah memasuki fase baru. Tim Chester, dalam bukunya “You Can Change,” menyatakan bahwa Natal adalah titik balik dalam sejarah yang membawa perubahan radikal, bukan hanya bagi individu tetapi juga bagi seluruh umat manusia. Scot McKnight, seorang teolog kontemporer, menyoroti bahwa Natal harus dilihat sebagai penggenapan janji-janji Allah kepada umat-Nya, menandai pemulihan hubungan antara Allah dan manusia yang telah rusak akibat dosa. Pandangan-pandangaan ini menunjukkan bahwa Natal bukan sekadar perayaan, tetapi momen penting dalam sejarah keselamatan yang mengajak kita untuk merenungkan kasih dan komitmen Allah dalam menyediakan keselamatan.
Kisah Natal bukan hanya catatan sejarah, tetapi juga ajakan untuk memahami rencana Allah dalam hidup kita. Saat merasa Tuhan terlambat, ingatlah bahwa Dia yang mengatur waktu kelahiran Kristus pasti tahu kapan waktu tepat untuk menjawab doa kita. Sebagai umat Allah, kita dipanggil untuk hidup dalam pengharapan. Jika umat Allah menanti 4000 tahun untuk kedatangan Kristus, kita juga harus setia menanti janji-Nya. Mari kita bertanya: Apakah kita memberi tempat bagi rencana Allah dalam hidup kita?
Kita hidup di antara dua Natal: Natal pertama, kelahiran Kristus, dan Natal kedua, kedatangan-Nya kembali. Allah yang setia menepati janji-Nya di Natal pertama pasti akan menepati janji-Nya untuk kedatangan kedua. Mari kita hidup dalam pengharapan dan iman, karena kita adalah bagian dari rencana agung-Nya yang terus berlanjut. Natal adalah kisah cinta Allah yang menembus waktu. Di palungan sederhana, kasih-Nya menjadi nyata. Mari biarkan kasih itu terus hidup di hati kita hingga kedatangan-Nya kembali.